Senin, 25 Oktober 2010

The Banisher (Episode 1)

Laju tungganganku semakin kupercepat. Pedang di pinggangku pun seperti sudah tak sabar, ingin segera menebas sesuatu. Orang-orang di belakangku, para pengikutku, mereka juga berusaha mengimbangi laju tungganganku. "Tuan Vernonne.....kenapa kita harus terburu-buru seperti ini?" tanya salah seorang pengawalku dengan nada terengah-engah. "Diam kau!! Kau ini terlalu banyak mengeluh!!"...............

The Banisher.....itulah nama kelompok kami. Anggotanya ada 7 orang. Dan aku pimpinannya. Aku.....Vernonne Kysiliev, dari bangsa Onori, sama seperti keenam pengikutku. Setiap orang dari bangsa kami hanya menguasai satu macam elemen. Itulah kenapa kami disebut Onori....artinya minoritas. Ada bangsa lain, yang bernama Ajora. Mereka mampu menguasai lebih dari satu elemen.
Akan tetapi penguasaan mereka terhadap tiap-tiap elemen tidak sebaik kami. Bangsa Ajora adalah bangsa yang cerdas. Mereka mampu menutupi kelemahan penguasaan elemen mereka dengan kemampuan mengkombinasi elemen yang mereka kuasai menjadi sebuah serangan atau pertahanan yang kuat. Namun bangsa kami juga tak kalah. Tiap-tiap kami mampu bekerja sama satu sama lain untuk membuat kombinasi elemen yang sama dahsyatnya.

Tak terasa, kami sudah sampai di Desa Hanami, sebuah desa kecil yang katanya sedang diserang pemberontak. Aneh....tak satupun orang yang kami lihat di desa ini. Apa mereka semua sudah mati? Atau....jangan-jangan ini adalah jebakan? Entahlah....daripada penasaran, lebih baik kusuruh saja yang lain memeriksa. "Hey! Enak saja kau main perintah! Sekali-kali kamu donk yang kerja!".

Ckck.....seperti dugaanku.....Marrieta menolak. Cewek yang satu ini memang paling susah diatur. Paling sering ngedumel kalo dimintai tolong orang lain. Dan paling suka mendebati segala keputusanku.
Aku tidak pernah berdekatan dengannya. Itu karena kami adalah keturunan murni bangsa Onori. Seluruh tubuh kami mengandung elemen yang kami kuasai. Dan aku adalah pengguna api, sementara Marrieta pengguna es.

15 menit berlalu sudah, tapi 5 orang teman(pengawal)ku belum kembali juga. Untuk mengusir kebosanan, aku mulai memainkan permainan papan....Gions (yang belum saatnya kuceritakan apa dan bagaimana Gions itu bisa tiba-tiba muncul di depanku). Sesekali kutengok Marrieta, yang seperti biasanya, selalu bermain-main dengan kekuatannya...membekukan semua benda yang dilihatnya sambil ketawa-ketawa nggak jelas.

Tiba-tiba, sebuah benda panjang yang tajam melesat deras ke arahku. ZLEB!!....Fiuh, hampir saja mengenaiku. Untung saja aku memiliki kemampuan khusus yang bernama [GIONS SHIELD]. Semua peralatan Gions, baik batu maupun papannya berubah menjadi shield perlindungan yang kuat yang mampu menetralisir semua serangan fisik ke arahku secara otomatis, asalkan ada Gions di dekatku.

"Hey Marrieta, kau pingin bunuh aku ya!?"
"Hah! Habisnya aku bosan melihatmu memainkan permainan jelek macam itu! Weee...:P"
GRRR...Sudahlah, tak ada gunanya aku melayani dia. Hanya membuang waktuku saja. Pagar besi beku yang dilemparkan Marrieta ke arahku pun secara perlahan sudah dilumat oleh papan Gionsku. Jadi sudah tak ada ancaman lagi...dan Gions-gionsku segera kembali ke hadapanku.

30 menit sudah berlalu....Akhirnya lima orang teman(pengawal)ku kembali. Vionna Rise , Senna Amora , Jack Wonder , Hanoi Armburn , dan Haina Alstaire kembali dengan ekspresi yang seperti orang kebingungan. "Kami tidak menemukan siapa-siapa...." lapor salah satu dari mereka, wanita yang berpenampilan paling anggun, Vionna Rise.

Belum sempat Vionna menyelesaikan laporannya, tiba-tiba dari arah belakang Vionna, melesat sebilah belati berapi dengan kecepatan tinggi. T...tidak ada waktu lagi untuk bilang padanya. Terpaksa.....[GIONS SHIELD].....JLEB.....belati tersebut menancap mantap pada papan Gionsku. Vionna yang menyadari hal tersebut terlihat begitu kaget dan shock. Wajah manisnya menatap sayu ke arahku, dan ia terlihat gemetar.

Sudah kuduga ini jebakan. "Teman-teman, segera menyingkir ke belakangku! Dan tetaplah waspada!", perintahku pada yang lainnya. Mereka semua bergegas menuju ke belakangku dengan kewaspadaan tingkat tinggi. "Hei kalian yang sedang bersembunyi! Keluarlah! Dasar pengecut kalian semua!!!!". 5 menit....6 menit.....7 menit....butuh 7 menit untuk membuat mereka semua keluar. 12 orang musuh sudah muncul di hadapan kami

Satu di antara ke 12 orang tersebut, ada satu yang terlihat sangat kuat. Kurasa dialah pemimpinnya. Orang yang kuduga sebagai pemimpinnya mulai angkat suara, "Papan Gions....tapi kau bukan Vanon Kysilliev. Kau lebih muda darinya, dan wajahmu sangat mirip dia. Itu berarti kau anaknya kan!?".
"Siapa kau!? Bagaimana kau bisa tau ayahku!?", tanyaku dengan nada membentak.
"Bwahahaha!! Aku tak ada urusan denganmu.....mana ayahmu!? Aku ada urusan yang belum selesai dengannya!".
"Kau tidak perlu tau di mana ayahku!! Sekarang lawanmu adalah kami! Hadapilah kami!!".
Semangat bertarungku membara. Sebentar kutengok ke belakang, teman-temanku pun sepertinya sudah dalam keadaan siap tempur. Tapi, hanya ada satu orang.....Vionna. Dia tampak masih shock dan terlihat ketakutan. Matanya yang sayu, menatap kosong ke arahku.

"T..T..Tuan V..Vernonne...". Vionna memanggilku dengan suara yang lirih, sambil mata sayunya masih tetap menatap ke arahku. Argh!! Bagaimana ini? Kami harus menghadapi 12 orang musuh, dan kami juga harus melindungi Vionna di saat yang bersamaan. Seandainya saja [GIONS SHIELD] ku bisa lebih cepat menangkal belati berapi tadi, pasti..Vionna tidak akan menyadari bahaya itu dan kami tidak perlu menghadapi situasi ini.

(Bersambung)

1 komentar:

Amay mengatakan...

nice story........ kebetulan aku juga suka cerita semi2 dongeng kayak gini..... serasa baca novel nech.........^_^

*this is true